EKONOMI MAKRO INFLASI DAN PENGANGGURAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dua
indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi
dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat
saling berkaitan?Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung
pada berbagai ciri pasar tenagakerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan
pasar serikat pekerja, peranan upahefisiensi dan seberapa efektifnya proses
pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutamasekali bergantung pada
jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, olehsebab itu,
pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah
duamasalah yang saling berkaitan.Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa
kebijakan moneter dan kebijakan fiskaldapat menggeser kurva permintaan agregat.
Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskaldapat memindahkan perekonomian
sepanjang kurva phillips.
Kenaikan
jumlah uang yang beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah atau
pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat dan memindahkan
perekonomian ke suatu titik pada kurva phillipsdengan tingkat pengangguran
yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu
jugasebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips menawarkan
pilihan-pilihan kombinasiantara inflasi dan penangguran kepada para pembuat kebijakan
(Mankiw, 2006:364).
B.
Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi
dan Pengangguran” kami mengangkat
rumusan masalah yaitu :
a. Bagaimana konsep dan pengaruh inflasi, deflasi dan stagflasi?
b. Bagaimana hubungan antara tingkat
harga dan pengangguran?
C.
Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah ingin
mengetahui tentang konsep dan pengaruh inflasi,deflasi dan staglasi serta
hubungan antara tingkat harga dan pengangguran
BAB II
PEMBAHASAN
INFLASI
Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga
umum secara terus-menerus. Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu
penurunan harga secara terus menerus, akibatnyadaya beli masyarakat bertambah
besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadilangka, akan tetapi pada
tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karenasemakin berkurangnya
daya beli masyarakat. Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi,yaitu
manakala harga-harga secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi
minus).
Akibat
dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara
riiltingkat pendapatannya juga menurun.
Jadi, misalkan besarnya inflasi pada
tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap,
maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5%
yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5%
juga.Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang
berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen
bukanlah tujuan utamakebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai.
Yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap
rendah.
Adakalanya
tingkat inflasimeningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu
peristiwa tertentu yang berlaku diluar ekspektasi pemerintah, misalnya efek
dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau
ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini
pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan
harga-harga dapat diwujudkan kembali.
Berdasarkan
sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama, yaitu sebagai berikut:
Inflasi
merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari
10% pertahun
Inflasi
menengah (galloping inflation) besarnya antara 10
30%
pertahun. Inflasi ini biasanya ditandai
oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada
kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, 30%, dan
sebagainya.
– Inflasi berat (high inflation), yaitu
inflasi yang besarnya antara 30
– 100% pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga
secara umum naik.
Inflasi
sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga
secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini
masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat
tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
Demand
Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang
tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan
kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hokum permintaan,
bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan
bila hal ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan
kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
Cost
Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya
produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya
perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun,
kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat
buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan
oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah
penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan
dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
C. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan
asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang berasal dari
dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit
dalam pembiayaan dan belanja negara yang
terlihat pada anggaran belanja negara
Untuk
mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga
naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan
dan sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar begeri. Karena
negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang
tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi relatif
mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka
harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
Metode Pengukuran Inflasi
Suatu
kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga.
Ada beberapa indeks harga yang dapat
digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
a)
ConsumerPriceIndex (CPI) Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau
pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan
hidup: CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base
year) x 100%
b)
Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index Index yang lebih
menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw
material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan
indeks CPI. c) GNP Deflator GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang
berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang
dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak
dibanding dengan kedua indeks diatas: GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x
100%
Untuk
mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga
naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan
dan sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar begeri. Karena
negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang
tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi relatif
mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka
harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
Definisi Inflasi Merayap dan
Hiperinflasi
Inflasi
merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang
digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya
tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua
dari negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi
merayap Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang
menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang
singkat.
Di
Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen
dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat
harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun
1966. Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah
dikendalikan. Negara-negara tersebut
tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan
inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Secara rata-rata di sebagian negara
tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10 persen. Inflasi dengan tingkat
yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi rendah atau moderate inflation.
Dampak dari inflasi
Inflasi
umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam
salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam
jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan
bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat
dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain
sebagainya. Secara khusus dapat diketahui
beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai
berikut
DAMPAK NEGATIF
- Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
- Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
- Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
- Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
- Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
- Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
DAMPAK POSITIF
- Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
- Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
- Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
Inflasi
dan Perkembangan Ekonomi
Kenaikan
harga-harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan
harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran
internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga-harga produksi dalam
negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang-barang
impor menjadi relatif murah. Maka lebih
banyak impor akan di lakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh
impor yang bertambah menyebabkan
ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran
akan memburuk.
Inflasi
dan Kemakmuran Masyarakat
Di
samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga
akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu masyarakat : Inflasi akan
menurunkan pendapatan rill orang-orang yang berpendapatan tetap. Pada umumnya
kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan
menurunkan upah rill individu-individu yang berpendapatan tetap. Inflasi akan
mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat
disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan
dalam institusi-istitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai
rillnya akan menurun apabila inflasi berlaku. Memperburuk pembagian kekayaan.
Telah
ditunjukan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam
nilai rill pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami
penurunan dalam nilai rill kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta tetap
(tanah), bangunan dan (rumah) dapat mempertahankan atau menambah nilai rill
kekayaannya. Ajuga sebagai penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai
rill pendapatannya. Dengan demikian
inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap
dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjai semakin
tidak merata.
Cara
mencegah inflasi
a)
Kebijakan Moneter Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar. Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter
yaitu :
- Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga ;
- Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum;
- Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
b)
Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara
langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total.
Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan
pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c)
Kebijakan yang Berkaitan dengan Output Kenaikan output dapat memperkecil laju
inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang dalam negeri cenderung menurunkan harga. d) Kebijakan Penentuan Harga
dan Indexing Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks
harga tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau
indeks harga naik,gaji atu upah juga dinaikkan.
PENGANGGURAN
Pengertian Pengangguran
Pengangguran
atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari
pekerjaan. Kategori orang yang menganggur
biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan
masanya kerja. Usia kerja biasanya adalha usia yang tidak dalam masa sekolah
tetapi di atas usia anak-anak (relatif di atas 6-18 tahun, yaitu masa
pendidikan dari SD - tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah
dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak
yang memperdebatkannya. Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan
sepenuhnya, karena bagaimanapun baik dan
hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani
perekonomiannya, tetap saja pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab
klasik dengan salah-satu teorinya yang terkenal sebagai hukum “Say” dari Jean
Baptist e Say yang mengatakan bahwa “Supply creats its own demand” atau
penawaran menciptakan permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar
terjadi, maka pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan
berlangsung lama, karena akan pulih kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa apabila produsen menghasilkan barang
dalam jumlah tertentu maka akan segera habis dikonsumsi masyarakat. Pada saat
yang sama misalkan terdapat para pencari kerja, oleh karena produsen akan lebih
baik menghasilkan barang dalam jumlah banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa
takut risiko gagal dalam penjualan, maka semua pencari kerja itu akan terserap
untuk mengisi lowongan baru yang disediakan oleh produsen / perusahaan, dan ini berlangsung terus.
Akan
tetapi pada kenyataannya tidak satu negara pun di dunia ini yang bisa
menerapkan teori ini, alasannya salah satu asumsi yaitu pasar persaingan sempurna tidak akan bisa dan tidak
akan pernah terjadi, dikarenakan syaratnya yang tidak mungkin bisa dipenuhi.
Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran
berarti pemborosan dana. Akan tetapi,
juga memberikan dampak social yang tidak baik misalkan akan semakin
meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral. Akan tetapi, di sisi lain
pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan dengan suka rela, baik karena
memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan yang sesuai, keluar dari pekerjaan lama
untuk mencari pekerjaan baru karena alasan jenuh, bosan atau tidak cocok dengan
pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai
macam alasan lainnya
Jenis-Jenis
Pengangguran
Bedasarkan penyebab terjadinya :
- Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
- Pengangguran konjungtural: pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya siklus ekonomi.
- Pengangguran struktural: pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
- Pengangguran musiman: keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.
- Pengangguran siklikal:pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
- Pengangguran teknologi: pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
- Pengangguran siklus: pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi
Berdasarkan Cirinya
- Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperleh pekerjaan. Efek dari keaadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
- Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contoh-contohnya ialah, pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan kluarga petani dengan anggota kluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
- Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu, pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sudah menuai. Apabila dalam masa di atas penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
- Setengah Menganggur : Di negara-negara berkembang penghijrahan atau migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka mungkin hnya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris : underemployed. Dan jenis penganggurannya dinamakan underemplayment.
AKIBAT PENGANGGURAN
Bagi
perekonomian Indonesia
1.
Penurunan
pendapatan perkapita
2.
Penurunan
pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak
3.
Meningkatnya
biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.
Bagi
masyarakat
1. Menjadi beban psikologis dan psikis Dapat
menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk bekerja.
2. Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan
politik, sperti meningkatnya tindak kriminalitas.
3. Hubungan Antara Inflasi dan Pengangguran
Arti
inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas, sebagaimana
diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung
tidak ingin menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk barang,
baik barang yang siap dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat rumah
misalnya). Sementara pengangguran adalah
orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif
tinggi, maka secara teoritis para pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja
karena banyak masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen
seharusnya akan memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah
produksinya yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan tenaga
kerja baru sampai pada tingkat full employment. Sampai sebegitu jauh agaknya
inflasi yang tinggi banyak memberikan dampak yang negatif daripada positif bagi
suatu bangsa dalam perekonomiannya. Alasannya, sederhana saja karena banyak
negara yang mengelola ekonominya tidak efisien, hambatan investasi, dan masih
tergantung sangat besar (baik dari segi kualitas maupun kuantitas) pada bahan
baku impor.
Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi
membuat masyarakat hidup berhemat, banyak PHK dan penurunan jumlah produksi
sehingga terjadi kelangkaan barang di pasar, dan ini justru akan menjadi inflasi yang sudah tinggi
menjadi lebih tinggi. Prof. A. W Phillips daro London School of Economic,
inggris meneliti data dari berbagai
negara mengenai tingkat pengangguran dan inflasi. Secara empiris tanpa didasari
teori yang kuat ditemukan suatu bukti bahwa ada hubungan yang terbalik antara
tingkat inflasi dan pengangguran, dalam arti apabila inflasi naik, maka
pengangguran turun, sebaliknya apabila inflasi turun, maka pengangguran naik.
Secara teori, Lipsey menerangkan hubungan
antara tingkat inflasi dengan pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja.
Menurutnya, upah tenaga kerja akan cenderung turun bila pengangguran relatif banyak, karena banyaknya
tingkat pengangguran mencerminkan adanya kelebihan penawaran tenaga kerja.
Sebaliknya upah tenaga kerja naik bila tingkat
pengangguran relatif rendah, karena adanya kelebihan permintaan tenaga
kerja. Namun, meskipun pada suatu kondisi terdapat keseimbangan anatara
permintaan dan penawaran tenaga kerja yang memberikan tingkat upah tertentu,
pengangguran masih saja tetap ada, hal ini dikarenakan informasi yang kurang
keahlian yang tidak sesuai dengan lowongan dan sebagainya. Jadi menurut Lipsey,
sehubungan dengan teori Phillips, penawaran dan
permintaan itu menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat upah
tergantung dari adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian,
makin besar kelebihan permintaan tenaga kerja, maka tingkat upah akan semakin
besar, ini berarti tingkat pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena
hubungan antara kelebihan permintaan tenaga kerja sebanding dengan kenaikan
upah, maka berarti bila tingkat upah tinggi maka pengangguran rendah,
sebaliknya bila tingkat upah rendah, maka pengangguran tinggi.
Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi bila tingkat
pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila
pengangguran rendah, maka upah tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar
dari teori ini adalah bahwa bila upah riil sama dengan upah nominal, dimana
upah riil adalah upah nominal dibagi dengan harga yang berlaku. Yang menjadi
pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat upah dengan inflasi
sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah satu penyebab
inflasi yang dijelaskan di atas, yaitu cost push inflation, dimana salah satu
penyebab naiknya harga barang adalah
adanya tuntutan kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan
operasi, maka harga produk dijual dengan harga relatif mahal dari sebelumnya
(artinya manakala upah tinggi, maka tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya)
TUJUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Tujuan Bersifat Ekonomi
Tujuan
untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan yang
bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan utama : untuk
menyediakan lowongan pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat dan memperbaiki kesamarataan pembagian pendapatan.
·
Menyediakan
Lowongan Pekerjaan Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan
karena jumlah penduduk yang selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan
tenaga kerja yang terus menerus. Maka, untuk menghindari masalah pengangguran
yang semakin serius, tambahan lowongwn pwkwrjaan yang cukup perlu disediakan
dari tahun ke tahun. Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah
serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat.
Dalam masa seperti itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan
pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang seperti ini usaha-usaha
pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.
·
Meningkatkan
Taraf Kemakmuran Masyarakat Kenaikan kesempatan kerja dan penganguran sangat
berhubungan dengan pendapatn nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat.
Kenaikan kesempatan kerja menambah
produksi nasional dan pendapatan nasional. Ukuran kasar dari kemakmuran
masyarakat adalah pendapatan per kapita yang diperoleh dengan cara membagikan
pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Dengan demikian kesempatan kerja
yang semakin meningkat dan pengangguran
yang semakin berkuran bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi juga
meningkatkan pendapatan per kapita. Melalui perubahan ini kemakmuran masyarakat
akan bertambah.
·
Memperbaiki
Pembagian Pendapatan Pengangguran yang semakin tinggi manimbulkan efek yang
buruk kepada kesamarataan pembagian
pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka semakin
besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak
mempunyai pendapatan. Seterusnya
penganggran yang terlalu besar cenderung untuk mengekalkan atau menurunkan upah
golongan berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi
tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini
dapat disimpulakn bahwa usaha menaikkan kesempatan kerja dapat juga digunakan
sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.
Tujuan Bersifat Sosial dan Politik
Tujuan
untuk mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan
yang bersifat ekonomi. Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha-usaha untuk
mengatasi masalah ekonomi tidak dapat di capai dengan mudah. Berikut ini
diterangkan masalah sosial dan politik utama yang ingin diatasi melalui
kebijakan pemerintah mengurangi
pengangguran.
·
Meningkatkan
Kemakmuran Keluarga dan kestabilan Keluarga Ditinjau dari segi mikro, tujuan
ini merupakan hal yang sangat penting. Apabila kebanyakan anggota dalam suatu
rumah tangga tidak mempunyai pekerjaan, berbagai masalah akan timbul. Pertama,
keluarga tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melakukan
perbelanjaan. Maka secara lansung pengangguran mengurangi taraf kemakmuran
kluarga. Seterusnya, pengangguran mengurangi kemampuan keluarga untuk
membiayai pendidikan anak-anaknya. “Drop-out”
di sekolah-sekolah angat berhubungan erat dengan masalah kemiskinan. Efek
psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri, khilangan
kepercayaan diri dan perselisihan dalam kluarga, merupakn masalah lain yang
ditimbulakn oleh pengangguran.
·
Menghindari
Masalah Kejahatan Di satu pihak pengangguran menyebabkan para pekerja
kehilangan pekerjaannya. Akan tetapi di lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak
akan mengurangi kebutuhan untuk berbelanja. Seringkali yaitu apabila tidak ada
tabungan dan sumber pendapatan lain, pengangguran manggalakkan kegiatan
kejahatan. Terdapat perkaitan yang erat di antar masalah kejahatan dan masalah
pengangguran, yaitu semakin tinggi pengangguran, semakin tinggi kasus
kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pangangguran secara tak langsung
menyebabkan pengurangan dalm kejahatan.
·
Mewujudkan
Kestabilan Politik Kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang diperlukan
untuk menaikkan taraf kemakmuran masyarakat memerlukan kestabilan politik.
Tanpa kstabilan politik tidak mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan
yang cepat dan terus-menerus. Pengangguran merupakan salah satu sumber /
penyebab dari ketidakstabilan politik. Pengangguran menyebabkan masyarakat
tidak merasa puas dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak
melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya
tinggi masyarakat seringkali melakukan demonstrasi dan mengemukakan kritik ke
atas pemimpin-pemimpin pemerintah. Hal-hal seperti itu akan menimbulkan
halangan untuk melakukan investasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Sebagai
akibatnya perkembangan ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan keadaan pengangguran
semakin memburuk. Langkah pemerintah untuk menghhindari masalh ini perlu
dilakukan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1)
Inflasi adalah
suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga pada
umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.
2)
Deflasi adalah
suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau semakin meningkatnya
nilai uang.
3)
Stagflasi adalah
kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan output ini merupakan
akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang disebabkan oleh perubahan inflasi yang diharapkan.
4)
Dari kurva
phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat
upah dan harga; dan semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula
kenaikan tingkat upah. Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek,
pengangguran dan inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di
atasi. Dalam sistem pasar bebas, kdua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya
diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu kedua masalah
tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu
diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah tersebut dan bentuk-bentuk
kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi kedua masalah. Ada
dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah pengangguran. Yang pertama adalah
dengan melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang kedua adalah
berdasarkan ciri-cirinya. Berdasarkan sumbernya pengangguran dibedakan kepada :
pengangguran normal/friksional, pengangguran siklikal (kunjungtur),
pengangguran berstruktur dan
pengangguran teknologi. Berdasarkan ciri-cirinya pengangguran dibedakan
kepada : pengangguran terbuka,
pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah menganggur.
B. Saran
Menurut
kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran yang terjadi di
Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan lapangan kerja.
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih
kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih
eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau
dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas,
dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
DAFTAR
PUSTAKA
Boediono.
Ekonomi Moneter.
Penerbit
BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001. Christopher Pass & Bryan Lowes.
Kamus
Lengkap Ekonomi Edisi Kedua.
Collins.
Penerbit Erlangga : 1997. Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter
·
Penerbit Ghalia
Indonesia. Jakarta: 1993. Nopirin.
Ekonomi
Moneter Buku II
Penerbit
BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2000. Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J.
mulyadi.
Makro
ekonomi.
Penerbit
Erlangga: 1992. Sukirno, Sadono.
Makro
Ekonomi Teori Pengantar.
Penerbit
PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta: 2011. Waluya Harry.
Ekonomi
Moneter Uang dan Perbankan.
Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta: 1993.
http://makalahku25.blogspot.com/2013/04/makalah-inflasi-dan-pengangguran.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar